Geosites Kawah Ijen merupakan salah satu geosites yang paling terkenal karena menjadi salah satu destinasi terkenal di Jawa Timur. Geosites Kawah Ijen terletak di antara dua wilayah yaitu wilayah Banyuwangi dan Bondowoso. Formasi danau asam Kawah Ijen berkaitan dengan proses pembentukan Kaldera Ijen. Kaldera Ijen terbentuk akibat adanya letusan hebat gunungapi strato Ijen Tua atau Gunung Kendeng yang memiliki ketinggian 4000 mdpl, letusan tersebut terjadi antara 300.000 – 50.000 tahun yang lalu). Berdasarkan fisiografi Van Bemmelen, kompleks vulkanik Ijen berada pada zona Solo dan berdiri di atas Cekungan Kendeng (Daud et al. 2018)[1]. Danau kawah Ijen memiliki luas permukaan 1000 x 600 m, dengan kedalaman 200 meter (Van Hinsberg et al. 2017) [2]. Gunung Ijen tua memiliki satu vent saja yang didasarkan pada bentuk kaldera yang oval. Kaldera Ijen memiliki bentuk elips dengan diameter 16 km, dimana dinding kaldera bagian utara melengkung ke arah selatan. Dinding kaldera selatan sebagian besar ditutupi oleh endapan vulkanik hasil erupsi yaitu sebanyak 22 kerucut gunung api yang aktif pasca kaldera. Gunung Ijen merupakan salah satu gunung api aktif tipe A yang tumbuh pasca Kaldera Ijen dengan ketinggian 2.443 mdpl. Gunung Ijen merupakan salah satu dari beberapa gunung berapi yang terletak di kaldera Ijen Pleistosen. Gunungapi Ijen terletak di sepanjang bagian depan busur vulkanik Sunda, berkaitan dengan peristiwa subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Proses pembentukan kerucut ditandaidengan strata lava, lapili, scoria, dan abu dengan komposisi yang berbeda dari basal hingga andesit. Pada bagian luar lereng aliran lava turun ke utara menuju luar kaldera ditandai dengan terbentuknya air terjun pada bagian lembah (van Hinsberg et al. 2010)[3]. Sebagian besar komposisi kimia endapan magmatik terdiri dari basalt dan andesit. Kawah Ijen sekaligus menjadi danau hyperacid terbesar di dunia. Sebagian besar unsur-unsur terlarut dalam danau menunjukkan konsentrasi yang relatif stabil, namun pada Cr, Ni, Ba, Li, Be akan memiliki konsentrasi yang semakin tinggi apabila semakin dekat dengan dasar danau. Kawasan Kawah Ijen memiliki fenomena unik yang disebut blue fire, fenomena ini terbentuk karena adanya tekanan gas belerang yang sangat tinggi [4].
Reference :
[1]Daud, Y., M. S. Rosid, G. P. Pati, M. R. Maulana, and M. Khoiroh. 2018. “Imaging Structural Control of Geothermal Reservoir Using Remote Sensing and Gravity Data Analysis in Blawan-Ijen, East Java, Indonesia.” AIP Conference Proceedings 2023(2018). doi: 10.1063/1.5064260.
[2]Van Hinsberg, Vincent, Nathalie Vigouroux, Stephanie Palmer, Kim Berlo, Guillaume Mauri, Anthony Williams-Jones, Jeffrey Mckenzie, Glyn Williams-Jones, and Tobias Fischer. 2017. “Element Flux to the Environment of the Passively Degassing Crater Lake-Hosting Kawah Ijen Volcano, Indonesia, and Implications for Estimates of the Global Volcanic Flux.” Geological Society Special Publication 437(1):9–34. doi: 10.1144/SP437.2.
[3]van Hinsberg, Vincent, Kim Berlo, Sri Sumarti, Manfred van Bergen, and Anthony Williams-Jones. 2010. “Extreme Alteration by Hyperacidic Brines at Kawah Ijen Volcano, East Java, Indonesia: II. Metasomatic Imprint and Element Fluxes.” Journal of Volcanology and Geothermal Research 196(3–4):169–84. doi: 10.1016/j.jvolgeores.2010.07.004.
[4]Purnomo, A., A. Wiradimadja, and B. Kurniawan. 2019. “Diversification of Tourism Product in KSPN Ijen.” IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 243(1). doi: 10.1088/1755-1315/243/1/012079.
OLIGOSEN (33-28 Juta tahun yang lalu)
Pada masa ini wilayah Banyuwangi masih berupa perairan, sedangkan pada bagian selatan mulai terbentuk daratan pertama berupa pulau gunungapi. Aktivitas kegunungapian ditandai akibat fase awal subduksi antara Lempeng Indo- Australia dan Eurasia. Pada bagian utara terjadi kejadian yang tidak normal dengan kemunculan gunungapi di busur belakang, hal ini berpengaruh besar pada proses terbentuknya pantai watudodol.
MIOSEN AWAL (23-16 Juta tahun yang lalu)
Pada masa ini aktivitas vulkanisme telah berhenti, terhentinya proses vulkanisme berkaitan dengan adanya proses perubahan sudut penujaman lempeng Indo-Australia yang menjadi lebih landai sehingga menyebabkan perpindahan posisi pelelehan parsial magma ke utara. Terhentinya proses vulkanisme di selatan mengakibatkan proses erosi dan pelapukan berperan dominan dalam pembentukan geomorfologi gunungapi.
MIOSEN TENGAH (16-11 Juta tahun yang lalu)
Terhentinya proses vulkanisme di sebelah selatan menciptakan iklim yang lebih bersih sehingga mendukung pertumbuhan terumbu karang, yang menyebar mulai dari lereng bukit, watudodol hingga menutup seluruh daerah Banyuwangi, hal itu terjadi pada 15 juta tahun yang lalu. Terumbu yang telah terbentuk mengalami litifikasi atau proses penguraian sedimen baru menjadi batuan sedimen dengan membentuk batu gamping, persebaran batugamping ini cukup luas.
MIOSEN AKHIR (11-5 Juta tahun yang lalu)
Pada masa ini aktivitas vulkanisme mulai muncul kembali di sebelah Utara. Muncul lelehan magma akibat adanya perubahan sudut lempeng, magma tersebut menerobos melalui kerak dan muncul pada permukaan sebagai gunungapi. Gunung besar yang tumbuh pada Masa Miosen Akhir adalah Gunung Ijen Tua. Gunung ini muncul 50 km di sebelah utara busur gunungapi tua dan menindih formasi batugamping. Produk vulkanik menutupi hampir seluruh bagian Banyuwangi dengan tinggi kecurut mencapai lebih dari 3500 mdpl.
PLEISTOSEN (1,8 Juta-10.000 tahun yang lalu)
Aktivitas Gunung Ijen Tua meningkat dari waktu ke waktu. Gunung Ijen Tua mengalami letusan dahsyat sekitar 70.000-100.000 tahun lalu yang mengakibatkan separuh gunung ijen tua hancur. Pada bagian tengah gunungapi runtuh dan membentuk Kaldera Ijen. Kaldera Ijen menjadi kaldera terluas di Indonesia.
HOLOSEN (10.000 Juta tahun yang lalu)
Berakhirnya periode erupsi gunung ijen tua, diikuti oleh proses pengangkatan dan deformasi batuan. Aktivitas gunungapi berlanjut dengan munculnya gunungapi muda pada dinding kaldera selatan. Pada masa ini gunung ijen muda mulai membentuk blue fire dan aliran asam. Produk gunungapi Ijen muda menutupi seluruh daratan Banyuwangi, serta berperan aktif dalam membentuk tatanan bentangalam wilayah Banyuwangi dan Bondowoso saat ini.